Loading...

ADMINISTRATOR Minggu, 10 NOVEMBER 2024 306 Kali

Membaca M.H. Thamrin dari Lingkungan Taman Sari 

Muhamad Husni Thamrin atau M.H. Thamrin namanya diabadikan pada jalan ring satu Jakarta. Anak Betawi asli asal Taman Sari, Jakarta Barat yang memilih berjuang secara kooperasi dari Gementeraad Batavia atau Dewan Kota Batavia sampai Wakil Ketua I Volksraad atau Dewan Rakyat Hindia Belanda.



Seperti kata Hilmar Farid, Dirjen Direktorat Kebudaya RI, Pahlawan Nasional yang berjuang secara kooperasi masih sangat kurang mendapat tempat dalam narasi sejarah kita dibandingkan dengan pahlawan nasional yang berjuang secara nonkooperasi.

Catatan Toto Widyarsono menyebutkan Muhammad Husni Thamrin lahir pada Jumat, 16 Februari 1894 di Batavia (Taman Sari). Tepatnya di Jl. Taman Sari II No.15, RT.006/RW.03 Kelurahan Maphar, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Ayahnya H. Tabri Thamrin seorang pegawai pamong praja berpangkat wedana, ibunya Hj. Nurhana.

Ayah M.H. Thamrin, Tabri Thamrin adalah anak angkat pamannya bernama Muhammad Tabri seorang pegawain Hindia Belanda. Pernah menjabat Kawedanan Pulau Seribu, Ajun Luar Biasa Penarik Pajak (1876), Jaksa Daerah Tangerang (1878), dan Jaksa Meester Cornelis (Jatinegara). Ayah kandung Tabri Thamrin (kakek Kandung M.H. Thamrin) bernama Ort, yang berasal dari Inggris. Ort adalah pedagang kesohor pemilik Hotel Ort di Rijswik, Batavia.  



Saat M.H. Thamrin berusia 12 tahun, ayahnya Tabri Thamrin pada tanggal 1 Mei 1908 menjabat Wedana District Batavia dengan panggilan akrab Wedana Tabri. Wedana District Batavia mengepalai beberapa Commandant District di Batavia seperti Mangga Besar, Sawah Besar, Glodok dll. Dari keluarga Husni Thamrin dua karakter yang didapatkan yakni Pendidikan tradisi Betawi dan Eropa. 

M.H. Thamrin kecil dipanggil Matseni. Pada usia 6 tahun Husni Thamrin memasuki Instutuut Bosch yakni Sekolah Dasar swasta Belanda di Bilangan, Mangga Besar. Dua tahun di Instituut Bosch, Husni Thamrin dipindahkan ke Bijbel School (Sekolah Injil) di Pintu Besar.



Husni Thamrin melanjutkan ke sekolah lanjutan Belanda Gymnasium Koning Willem III di Salemba. Sekolah ini setingkat dengan Hoogere Burger School (HBS). Husni Thamrin tidak sempat menyelesaikan pendidikanya di HBS Salemba, Ia justru berdiskusi dengan Ayahnya dan memutuskan untuk tidak menamatkan di HBS Salemba.

Husni Thamrin boleh dibilang anak Betawi yang istimewa, diperkampungan Taman Sari aktivitas anak-anaknya sama dengan anak Betawi yang lainnya. Ia mandi Ciliwung, bermain bersama, mengaji bersama dan seperti anak Betawi kebanyakan yang memiliki panggilan khusus Husni Thamrin dipanggil Matseni. Dilembaga Pendidikan Husni Thamrin berkesempatan bergaul dengan anak-anak non pribumi Arab, Eropa, India dan China. 

Husni Thamrin lahir di Batavia (sekarang Kecamatan Taman Sari), Ibu Kota Hindia Belanda. Kawasan yang menjadi etalase sejarah panjang Jakarta, sejak dahulu intekaksi ragam suku terjadi di kawasan dimana Husni Thamrin lahir dan tumbuh. Catatan Toto Widyarsono, Tabri Thamrin menjabat Wedana District Batavia jumlah pendudukan Batavia mencapai 1.636.098 jiwa dengan komposisi 1.453.517 jiwa adalah ragam suku Pribumi (Betawi, Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, maluku, Sulawesi, Kalimantan, NTT, NTB) dan non pribumi (Eropa, Arab, China dan India) 182.581 jiwa.

Keluarga, lingkungan sosial dan Pendidikan dari sini kita membaca model perjuangan Husni Thamrin yakni Nasionalis Kooperasi, model perjuangan yang moderat lewat jalur organisasi dan parlemen.



Saat bekerja di perusahaan pelayaran Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), Husni Thamrin berkenalan dengan Van der Zee, seorang nasionalis yang terkenal kala itu di Batavia dan anggota dari Gementeraad Batavia (Dewan Kota Batavia). Bersama Van der Zee, Husni Thamrin banyak terlibat diskusi politik. Bahkan lewat diskusi rutinnya dengan Van der Zee, Husni Thamrin menyampaikan gagasan penanggulangan banjir di Batavia.

Pada usia 25 tahun tepatnya tanggal 27 Oktober 1919 Husni Thamrin mendapat kesempatan sebagai anggota Gementeraad Batavia. Dari Gementeraad Batavia, perjuangan kooperasi Husni Thamrin dimulai. Di Gementeraad Batavia ada 8 urusan yang menjadi konsentarasi Husni Thamrin yakni Begraafplasten (pekuburan), Inlandsche Zaken (urusan golongan pribumi), kampong Verbetering (perbaikan kampung rakyat), keuringsdient (dinas pemotongan hewan), pasar bedrif (usaha pasar), Slacht bedrif (usaha pemotongan hewan), Vischveiling (pelelangan ikan) dan Volkshuisvesting (perumahan rakyat). 

Kiprah Husni Thamrin di Gementeraad Batavia sangat dikenal hal ini membawa Husni Thamrin menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) Hindia Belanda tahun 1927 Husni Thamrin masuk dalam keanggotaan Volksraad. Dan tahun 1939 setelah melalui pemilihan anggota Volksraad Husni Thamrin didukung 45 suara dari 59 anggota untuk menjadi Wakil Ketua I Volksraad.

Pada tanggak 27 Januari 1930, Husni Thamrin membentuk Farksi Nasional dalam struktur Volksraad. Husni Thamrin menjadi Ketua Fraksi Nasional dengan anggota Koesoemo Oetojo, Dwidjosewojo, Datoek Kajo, Mochtar Nja Arif, Soangkoepon, Pangeran Ali, Soetadi dan Soeroso. 

Lewat Fraksi Nasional dalam tubuh Volksraad, Husni Thamrin memperjuangkan hak-hak pribumi dari penahanan para pejuangan nonkooperasi, hak Pendidikan, kesehatan, hak tanah, kesejahteraan dan lain-lainya. Tahun 1938 Fraksi Nasional menyatakan menggunakan Bahasa Indonesia dalam sidang-sidang Volksraad. Husni Thamrin orang pertama yang berpidato di Volksraad dengan Bahasa Indonesia pada 12 Juli 1938 dengan judul Kebijaksanaan di Waktoe Krisis.

Di luar Volksraad, Husni Thamrin menjadi “donator” baik informasi ataupun harta bagi pejuang nonkooperasi. Bahkan Husni Thamrin juga terlibat dalam organisasi politik nasional diantaranya Permufakatan Perhimpunan Partai-Partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), Partai Indonesia Raya (Parindra), Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dan Badan Perantaraan Partai-Partai Politik Indonesia (BAPPEPI). 

Sikap politik nasionalis Husni Thamrin membuat Ia dituduh pemberontak yang menjalin hubungan dengan Jepang. Tanggal 6 Januari 1941 rumah Husni Thamrin digeledah dan menjadi tahanan rumah dalam kondisi sakit. Muhammad husni Thamrin wafat sebagai tahanan rumah dalam pengawasan Polisi tanggal 11 Januari 1941 dimakamkan di Pekuburan Karet, Jakarta. 

Muhammad Husni Thamrin menikah dengan Nyi Otoh Arwati wanita desa dari Sukabumi. Husni Thamrin tidak memiliki anak, hanya anak angkat dari kakak kandungnya Ma’mun Thamrin yang diberi nama Deetje Zubaidah. Rumah orang tua Husni Thamrin yang merupakan tempat lahir dan masa kecil hingga pemuda di Jl. Taman Sari II No.15, RT.006/RW.03 Kelurahan Maphar, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat tahun 1991 Diwakafkan oleh anak Ma’mun Thamrin bernama Muhammad Nuch Thamrin dan dibangun Masjid An Nur dengan luas tanah 713 m. =Andin, admin=

***

Ditulis Abdul Malik Raharusun, Lurah Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, 10 November 2024.
 
Sumber buku Melawan dalam Volksraad M.H. Thamrin dan Gerakan Nasionalis Kooperasi di Indonesia 1927-1941 karya Toto Widyarsono, Matapadi, Yogyakarta, 2020.

Kembali
© Taman Sari Jakarta, All Right Reserved.