Loading...

ADMINISTRATOR Senin, 18 NOVEMBER 2024 554 Kali

Adventure Wonosobo PKK Kelurahan Taman Sari

Prekuel dari pengetahuan kami tentang wisata Wonosobo, Jawa Tengah adalah dataran tinggi tanah Jawa yang dingin, kemahsyuran empire Quen Shima, alam yang hijau berikut keramahtamahan masyarakatnya, pelipis pipih humauroh gadis Dieng dan cerita dibalik Villa The Lodji Marong kepunyaan Kiyai Saat.



Ibu-ibu Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kelurahan Taman Sari bersama ASN Kelurahan melakukan petualangan wisata ke Wonosobo, Jawa Tengah pada 15 – 17 November 2024. Delapan belas orang termasuk Mas Choy sopir kami. Lebih dari 7 jam perjalanan untuk 473 km Taman Sari, Jakarta Barat ke Villa The Lodji Marong, Wonosobo. 

23 derajat celsius cuaca Wonosobo menyambut kami warga pesisir Batavia yang jika siang hari mencapai cuaca 32 derajat celsius. Ketika malam di Villa Lodji Marong cuca menyentuh 20 derajat maka aroma minyak kayu putih, balsam dan tolak angin berbaur dengan suasana Villa yang menyatu dengan alam.



Trip hari pertama kami pasca sholat subuh yakni Kawasan Dieng. Halimun masih menyelimuti seluruh Wonosobo, kami yang girang dengan suhu dingin ini tetap nekat menerabas udara pagi Wonosobo. Sarapan Nasi Menggono, khas Wonosobo, yang disediakan Mbah Sri di Villa kami bawa dan sarapan di parkiran Batu Pandang Ratapan Angin, spot pertama kami.

Batu Pandang Ratapan Angin masuk dalam kawasan Plato Dieng dengan ketinggian 2000 MDPL. Ada lima spot foto disini yang kami eksplore, foto dengan view Telaga Warna, foto dengan view pertanian pegunungan, foto dengan Burung Hantu, foto di land mark tulisan Batu Pandang Ratapan Angin dan foto di jembatan Pohon Jodoh. 

Menikmati warung warga dengan Kentang Goreng, Kopi Hitam, Mie Rebus. Artis PKK Ibu Rosi ikut menyumbangkan tiga lagu pada musisi orkes di lokasi. Pada ketinggian Dieng dan matahari yang seolah masih terlelap tidur pukul 09.00, tidak ada salahnya ikut menyumbangkan lagu dan bergoyang. Tiga lagu saja, penting untuk mencairkan kebekuan udara dingin.



Kami lanjut ke spot Kompleks Candi Dieng masih dalam kawasan wisata Plato Dieng. Kompleks Candi Dieng adalah peninggalan Candi Hindu yang diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Dinasti Sanjaya, Mataram Kuno. Sumber lain juga menyebutkan kawasan pegunungan Dieng sempat menjadi pusat Pemerintahan Kerajaan Kalingga pada abad ke-6 dengan masa kejayaan Ratu Shima (Quen Shima). Pada dataran tinggi dikelilingi bukit komplek Candi ini diantaranya Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Tentu kami meng-ekspole dengan foto, konten video dan belanja pernak-pernik. 

Arti lain dari Dieng tempat tinggi dihyang, berasal dari bahasa Proto-Melayu-Polonesia. kawasan tinggi Dieng ini juga terdapat kawah, spot ketiga yang kami datangi Kawah Sikidang Dieng. Kepercayaan mitos dan legenda terbentuknya Kawah Sikidang dari epos cinta Ratu Sinta Dewi dan Pangeran Kidang Garungan. Selain itu penjelasan ilmiah menyebutkan Kawah Sikidang terbentuk akibat ledakan Gunung Api Dieng Purba. 

Rute jembatan kayu Kayangan di atas kawah dengan Panjang 1.150 meter, kepulan asap gas alam dan aroma belerang yang menyengat samasekali tidak menyurutkan semangat Ibu-ibu PKK Kelurahan Taman Sari. Tetap melangkah, swafoto dan konten video pada desak-desakan orang yang menikmati wisata fenomena vulkanik.



Sudah pukul 13.20 WIB otw makan siang di Waroeng Djoglo, Kertek. Selain ingin menikmati menu dan suasana Jawa pilihan Waroeng Djoglo juga karena lokasinya di kaki gunung dengan view Gunung Sindoro. Tiba di lokasi pukul 14.40 disambut gerimis. Karena gerimis kami tidak bisa mengambil posisi rooftop. Langit tanpa matahari, gerimis, angin gunung, dingin masuk sampai sum-sum tulang kami. Sekali lagi aroma dari Sop Iga Bakar berbaur dengan aroma Minyak Kayu Putih, balsam dan tolak angina. Hehehe. 

Balik dan menutup hari, menikmati malam di Villa The Lodji Marong. Dua kali Kiyai Saat Suharto Amjad, pemilik Villa The Lodji Marong mengunjungi kami divillanya, malam kami tiba (malam Sabtu) dan malam minggu. Tokoh asli Wonosobo, Kiyai Saat selain sebagai Wakil Ketua II BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta, Beliau juga Presiden Komisaris PBMT Ventura dan Wakil Direktur RSUD Muhamadiyah Wonosobo.

Pertemuan dengan Kiyai Saat diisi dengan diskusi tema ringan dari sejarah Dieng dan Wonosobo, sampai dengan asal usul Villa The Lodji Marong. Dari Kiyai Saat kita tahu kalau nama Kertek di Wonosobo berasalah dari nama empat Jembatan Bambu yang menghubungkan Wonosobo. Asal usul migrasi leluhur Dieng sampai dengan memiliki pipih yang kemerah-merahan (humairoh). 

Kiyai Saat juga bercerita tentang dibelinya Villa The Lodji Marong dari ekspatria Marinir Amerika yang sempat menetap di Wonosobo. Menariknya eks Marinir ini adalah pengusaha mebel dan seorang florist. Villa dengan luas enam hektar yang dibangun oleh florist desain menyatu dengan alam dengan banyak jenis bunga. Bahkan ekspatria mariner mendatangkan jenis Bunga Cana Amerika menjadi koleksi Villa.            



Villa The Lodji Marong bangunan bergaya Jawa dan Eropa, memiliki aula pelatihan, mata air atas yang membentuk garis sungai kecil melewati halaman dalam villa, ragam tumbuhan pada halaman yang luas. Villa ini sering digunakan untuk acara keluarga, pelatihan dan post weding. Beralamat di Area Gunung Karangluhur, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Minggu 17 November 2024 pagi setelah sarapan kami balik Jakarta, melewati Semarang dan mampir di Rest Area Heritage KM 260 B. Menikmati rest area eks Pabrik Gula era Hindia Belanda. selanjutnya dan blas Jakarta. Terimakasih Pak Kiyai Ir. H. Saat Suharto Amjad atas perkenaannya di Villa The Lodji Marong, Wonosobo. =AMR Admin=

Kembali
© Taman Sari Jakarta, All Right Reserved.